Kamis, 13 Februari 2014

Dimangsa Buaya, Tubuh Hasanuddin Ditemukan Terpotong

                                                           Saat dirumah duka ( Jamaker Nunukan )

Hasanuddin (28), buruh tani yang dimangsa buaya di Sungai Semaja, Kecamatan Siemanggaris, Kabupaten Nunukan dipastikan telah ditemukan dengan tubuh yang tidak lengkap.
Kamaruddin (32), yang sempat berdua korban saat kejadian naas pada Selasa (21/1/2014) menceritakan, saat ditemukan tubuh korban bagian bawah sudah tidak ada lagi.
“Kondisinya waktu dijumpai dia dalam keadaan bertiarap. Dan hilang sebagian dia punya anggota badan. Bagian kaki dua duanya hilang. Dari pusar ke bawah hilang terpotong. Saat ditemukan sudah membengkak, bagian atas semuanya masih utuh, dari atas sampai pusarnya masih utuh,” ujar Kamaruddin yang ditemui di kediamannya di Pulau Nunukan, Jumat (24/1/2014) siang.
Ia mengatakan, proses pencarian dilakukan sejak korban hilang diseret buaya pada Selasa pagi lalu. Selama tiga hari tanpa putus, puluhan warga dengan menggunakan perahu maupun berenang mencari korban.
“Kalau yang berenang itu, anggota di dalam sekitar 50 orang berenang mencari di bawah. Siapa tahu terjepit kayu di bawah, mereka menyelam di lokasi kejadian,” ujarnya.
Ratusan meter dari lokasi kejadian ke hulu maupun hilir sungai disisir menggunakan perahu. “Di situ penuh masyarakat yang mencari,” ujarnya.
Warga juga menggunakan jasa pawang yang didatangkan dari Pasar Baru, Pulau Nunukan. Kamis siang, sang pawang wanita itu melakukan ritual dengan membuang sesajen seperti pisang, telur, daun sirih dan beras hitam di sungai tempat kejadian.
“Kalau kita tidak menggunakan pawang tidak bisa ditemukan, tidak dimunculkan itu korban. Setelah dia buang sesajen, pawangnya bilang sebentar dia akan muncul,” ujarnya.
Benar saja, sekitar pukul 17.00, mayat korban ditemukan di sekitar nipah. Saat itu, Abdul Kadir, motoris speed boat rute Pulau Nunukan-Siemanggaris pulang pergi, mencium bau menyengat. Iapun lalu singgah dan menemukan korban sudah tidak bernyawa dalam keadaan tertelungkup. Saat itu warga ramai-ramai mendatangi tempat ditemukannya korban.
“Mayatnya tersembunyi di pinggir. Kalau dari lokasi kejadian sekitar dua kilometer,” ujarnya.
Setelah menemukan korban, jasadnya lalu dibungkus menggunakan sarung. Korban lalu diletakkan di perahu yang cukup panjang. Sementara waktu, tubuh tak bernyawa itu diletakkan di rumah yang ada di perkebunan kelapa sawit.
Setelah sang pawang memastikan situasi sudah aman, sekitar pukul 19.00, jasad korban dibawa ke Pulau Nunukan.
“Jadi kami keluarlah dari sana sekitar pukul 19.00 malam kemarin. Sampai di sini setengah dua belas langsung di kubur saja di belakang rumah,” ujarnya.
Kamaruddin kembali mengingat kejadian naas itu. Ia menceritakan, pada Selasa sekitar pukul 09.00 waktu itu, sebagai buruh tani ia dan Hasanuddin berangkat kerja ke perkebunan milik tetangga mereka di Nunukan. Mereka harus berangkat dengan menyeberang sungai menuju ke Desa Tabur Lestari. Setidaknya kedua penombak buah sawit ini harus menempuh jarak sekitar 400 meter untuk sampai ke perkebunan sawit yang berada di seberang sungai.
Karena pagi itu perahu kecil sepanjang dua meter yang akan mereka tumpangi dipenuhi air, mereka terlebih dahulu harus mengeluarkannya. Air memenuhi badan perahu karena malam sebelumnya hujan mengguyur di kawasan itu.
“Saya sama-sama turun mau pergi kerja, saya turun duluan. Saya buka tali perahu dari pohon kan? Saya simpan di perahu. Waktu itu saya bawa loding dan dayung. Saya simpan besi loding. Sempat saya duduk di depan, itu besi loding saya selip di pinggir perahu. Biar terbalik itu perahu, dia tidak bisa jatuh karena dia agak keras terselipnya,” ujarnya.
Saat turun ke perahu, korban langsung menuju ke bagian depan. Sementara Kamaruddin berada di bagian belakang.
“Saya dengan dia berhadapan di perahu,” ujarnya.
Kamaruddin kemudian memanggil korban ke belakang untuk mendayung agar mereka cepat sampai. Tetapi saat itu korban meminta waktu sebentar untuk menimba air yang ada dalam perahu.
“Baru sekali dia timba, naik itu buaya. Saya duluan teriak karena saya jelas melihat. Habis saya teriak, dia teriak. Dia sempat lihat juga. Sempat didapat ujung pinggiran bajunya, itu yang buat dia tertarik,” ujarnya.
Sebenarnya korban sempat melawan tarikan buaya itu dengan duduk jongkok di perahu dan memegang erat pada bagian badan perahu.
“Dia pegang besi loding yang saya beli itu. Jadi waktu itu semua barang jatuh, itu besi loding jatuh. Tidak sampai terbalik perahunya,” ujarnya.
Saat itu Hasanuddin memang terjatuh di bagian sungai yang dalam. “Saya jatuh juga cuma stan saya agak bagus. Jadi ke tempat dangkal di pinggir, saya lari kedepan perahu,” ujarnya.
Saat itu, ia kembali melihat Hasanuddin muncul ke permukaan air. Sebelah tangan digunakan untuk berenang sementara lengan sebelahnya diulurkan ke Kamaruddin.
“Cepat Kama, cepat Kama. Saya lompat ke sungai, mau selamatkan dia. Saya mengulurkan tangan tidak sampai, jadi saya punya tas saya lemparkan dia. Tidak sempat sampai karena dia tertarik tarik terus. Ujung bajunya masih ditarik, lama-lama hilang,” ujarnya.
Sebelum kejadian itu, Kamaruddin juga tak melihat ada firasat yang aneh dari korban. “Tidak ada teguran, tidak ada pesanan juga,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar